Jumat, 08 Mei 2015

NASKAH DRAMA 7 ORANG


  "AYAH AKU INGIN SEPATU"

Disebuah Desa Tinggalah Keluarga Yang Sangat Miskin. Gubuk Yang Amat Tua Mereka Tempati. Hartono Salah Satu Anggota Keluarga, Dia Adalah Seorang Ayah Yang Sangat Baik. Namun Allah Berkehendak Lain Maut Menimpa Istri Tercintanya Dan Hartono Juga Cacat Karena Memikirkan Sang Istri. Namun Anugrah Juga Tetap Allah Berikan Kepada Hartono, Dia Ditemani Seorang Anak Gadis Yang Dilahirkan Sebelum Istrinya Mati. Anak Itu Sangatlah Cantik, Dia Bernama Elya.
Prilaku Baik Hartono Pantas Diteladani Oleh Masyarakat Setempat. Tetapi Elya Sangat Disayangkan Prilakunya Amat Buruk. Hingga Disaat Pulang Sekolah Elya Bertemu Dengan Teman-Temannya. Lokasinya Tak Jauh Dengan Rumah Elya, Dengan Hati Gembira Elya Menghampiri Teman-Temannya Itu Yang Sedang Duduk Manja Di Kursi.
Elya           : “Hai Teman-Teman”  (Wajahnya Sangat Gembira)
Putri         : “Hai” (Jutek Dan Sambil Melihat-Lihat Seluruh Anggota Badan Elya)
Elya           : (Duduk Di Sebelah Putri)
Putri         : “Ih Tunggu Dulu, Bau Apa Sih Ini?” (Sambil Mengendus-Endus Kebadan Elya)
Sarah        : “Ada Apa Sih Put?” (Kebingungan)    
Putri         : “Ih Coba Cium Deh, Ini Bau Banget Tau, Lihat Deh Sepatunya? Ih Dan Kenapa Dia Deket-Deket Kita Seharusnyakan Kita Tidak Berteman Dengannya! Mendingan Kita Pergi Dan Cari Teman Baru Dari Pada Harus Dekat Dengan Dia?”
Sarah        : “Yaudah!” (Melihat Elya Dengan Sinis)
Dengan Hati Yang Sangat Menyesal Elya ,Menangis Tak Henti-Hentinya, Temannya Meninggalkan Dan Menjauhi Dia Karena Sebuah Alasan Sepatu Baud An Jelek. Tangisannya Sangat-Sangat Pedih Lalu Tak Lama Kemudian Dengan Tak Sengaja Hartono Melihat Elya Yang Sedang Menangis Dengan Sikap Prihatin Hartono Menghampiri Elya.
Hartono  : “Kau Kenapa Anakku?” (Sambil Mengusap Dan Megelus-Elus Rambut Elya)
Elya           : “Diam Ayah!” ( Sambil Mendorong Hartono)
Hartono  : “Anakku Tutuplah Air Matamu’”
Elya           : “Aku Bilang Diam! Aku Kecewa Sama Ayah. Lihat Ayah Lihat (Sambil Menunjukan Kemana Arah Temannya Pergi) Teman-Temanku Mengejekku, Mereka Meninggalkan Aku! Itu Semua Karena Sepatu Ini (Sambil Membuang Sepatu Ke Tubuh Hartono). Sudah Berapa Kali Aku Bilang, ‘Belikan Aku Sepatu Baru’ Tapi Kenapa Ayah Tak Wujudkan Kemauanku. Saran Aku Ayah Jangan Pulang Kerumah Sebelum Sepatu Baru Ada.” (Berlari Hingga Kerumah)
Tangisan Elya Membawa Sengsara Hartono. Hartono Tidak Akan Pulang Sebelum Dia Mendapatkan Sepatu Baru. Dengan Mengemis Hartono Bisa Dapatkan Uang, Hartono Tak Kenal Lelah Pagi Sampai Pagi Kembali Hartono Mengemis Mencari Uang, Hanya Untuk Sepatu Yang Diminta Anaknya Itu. Dengan Sabar Akhirnya Hartonopun Mendapatkan Yang Hanya Cukup Dibelikan Sepatu. Dia Segera Kepasar Membeli Sepatu Tiba-Tiba Diperjalanan Pulang Hartono Di Cegat Oleh Preman Yang Sangat Gagah Namun Tak E-Lmen. Preman Itu Mengambil Uang Hartono Ketika Hartono Lengah.
Gogon     : “Lumayan Juga Nih!” (Sambil Mengembil Uang Hartono)
Hartono  : “Tolong Kembalikan Uangku” (Berusaha Untuk Mengambil Uang Yang Direbut Preman)
Gogon     : “Enak Saja! Aku Anggap Ini Setoran Loe Hari Ini, Besok-Besok Loe Setor Ke Gua. Jangan Macam-Macam, Gua Bisa Melakukan Apa Saja Yang Aku Mau Termasuk Membunuhmu.” (Mendorong Hartono Dan Pergi Begitu Saja)
Hartono Tak Bisa Berbuat Apa-Apa, Hanya Bisa Diam Dan Pasrah, Sementara Itu Hartono Dari Mengemis Sampai Sekarang Belum Sama Sekali Makan, Wajahnya Pucat Seperti Mayit Tergeletak. Hartono Hanya Bisa Pasrah, Diapun Memikirkannya Dibawah Pohon Yang Besar. Hartono Melamun Dan Memikirkan Kemauan Anaknya, Hatinya Pun Berbicara “Andaikan Allah Memberi Jalan Yang Lain”. Tiba-Tiba Ada Laki-Laki Mapan Datang. Ternyata Dia Sedang Mengamati Alam Sekitar.

Samuel    : “Apa Yang Harus Aku Amati. Kayaknya Disini Tak Berbeda Jauh Dengan Tempat Yang Aku Amati Tadi.” (Sambil Duduk Dan Menaruh Peralatan-Peralatan Dikursi)
Tak Lama Kemudian Samuel Pergi, Lalu Dengan Lemas Hartono Berjalan Dan Duduk Di Kursi, Tak Sengaja Hartono Menduduki Dompet Samuel, Anehnya Hartono Tak Menyadarinya. Lalu Hartono Berbaring Dikursi Tersebut Dan Dia Menendang Dompetnya, Lalu Hartono Sadar Dan Dia Kaget Apa Yang Di Tendangnya Tadi. Lalu Dia Memeriksanya Ternyata Itu Adalah Dompet. Kemudian Hartono Mengambilnya Dan Bermaksud Dengan Uang Didalamnya Ia Bisa Belikan Sepatu Tapi Dengan Iman Yang Sangat Kuat Hartono Mengembalikan Dompet Tersebut Dan Hartono Setia Dia Menunggu Sampai Samuel Datang. Lalu Doanya Dikabulkan Oleh Allah, Tapi Nampaknya Samuel Kebingungan.
Hartono : “Anda Sedang Mnencari Apa De?”
Samuel    : “Aku Sedang Mencari Dompet. Tadi Ketinggalan Disini.”
Hartono  : “Tenang. Apakah Ini Dompetmu? Aku Temukan Disini Tadi (Sambil Mengembalikan Dompetnya). Coba Cek Dulu Takutnya Ada Yang Kurang.”
Samuel    : “(Sambil Melihat-Lihat Dompetnya) Tidak Kok Pak.”
Hartono  : “Yasudah Sekarang Dompetmu Sudah Kembali. Nampaknya Bapak Harus Pergi Mencari Uang Dulu. Nanti Bapak Tidak Dapat Makan.”
Samuel    : “Tunggu Pak! Ini Ada Sedikit Uang, Anggap Saja Ini Tanda Terima Ksih.”
Hartono  : “Terimakasih.” (Sambil Berlutut Dan Menangis)
Samuel    : “(Sambil Membangunkan Hartono) Sudah Pak Jangan Seperti Itu Berterima Kasihlah Kepada Allah. Sepertinya Waktu Kerja Akan Dimulai, Aku Pamt Dulu Ya Pak.”
Dengan Hati Yang Sangat Gembira Hartono Pergi Membawa Uang Tersebut, Dia Langsung Pergi Ke Pasar Dan Segera Ia Belikan Sepatu.
Jamil         : “Sepetu….! Sepatu……! Sepatu…..!” (Sahutnya Sangat Kencang)
Hartono  : “Mas Kalau Sepatu Ini Berapa Ya?” (Sambilm Menunjuk Sepatu Yang Dipilihnya)
Jamil         : “Murah Kok Cumin Rp 65.000,- Saja.”
Hartono  : “Ini Pak Uangnya.” (Sambil Mengambil Sepatu Tersebut)
Dengan Senang Hartono Membawa Sepatu Itu. Namun Tiba-Tiba Preman Datang Kembali Tapi Sekarang Ia Membawa Golok Yang Tajam.
Gogon     : “Hei Mana Setoranmu Hari Ini!”
Hartono  : (Hanya Diam Dan Sambil Memeluk Erat Sepatu Yang Dibelikan Tadi)
Gogon     : “Hei Kenapa Kau Diam? Owh Gua Tau (Sambil Merampas Sepatu Yang Di Peluk Erat Hartono), Pasti Uang Itu Kau Belikan Sepatukan? Jawab (Sambil Membuang Sepatunya).”
Hartono  : (Hanya Terdiam Saja)
Gogon     : “Owh Kau Mau Merasakan Golokku Ini Ya.”
Lalu Dengan Amarahnya Yang Kuat Gogon Menusuk Tubuh Hartono Hingga Hartono Sekarat. Tiba-Tiba Datanglah Elya, Dia Langsung Sok Dan Lemas Melihat Ayahnya Tergelatak Ditanah. Hingga Dikuburkannya Sang Ayah. Tangisan Air Mata Membasahi Seluruh Tubuh Elya. Hingga Hati Terdalamnya Berbicara.

Baca Puisi

Hari ini……… mata tidak dapat
membendung tumpah linangan air
mata seiring waktu telah berganti
tanpa terasa telah berlalu
Ayah……….. kepergian mu
begitu terasa sepi hati
Aku sangat merindukan mu ayah….didalam sepiku ku
merindukanmu malam ini aku
menangis mengenang masa2
bersamamu aku rindukan canda
tawamu ayah… aku rindukan
senyuman manis ayah… aku rindu semua nasehatmu ayah…. ayah…
kutahu dirimu telah jauh dialam sana
… waktu terus berlalu perjalanan hidup
pernah kau tempuh tak ada kata
jenuh, tak ada kata malas, tak ada
kata lelah, kau berjalan dengan
semangat perjuangan hidup yang
penuh liku keringat yang tak henti membasahi
Ayah , aku minta maaf kalau
selama ini aku telah mengecewakanmu.. Aku bersukur mempunyai
ayah yang sangat sangat baik
Ayah yg berkerja keras dari aku lahir
sampai aku dewasa. terima kasih Ayah…..  

sepi saat kau jauh 
kau begitu hebat tak ada yang bisa sepertimu ataupun menggantikan posisimu Ayah…. 
 ketika malam mulai menyambut pagi.. 
angin menyapa lewat dedaunan ..mendayu..bak melodi
yang merdu menyapa alam .. diri
bagai tertahan di balik awan .. di bali
asa ku yang melemah … disetiap kerut garis wajahmu
tersimpan berjuta deritamu
kau tetap ukir senyum
sembunyikan segalanya ayah....
kau abaikan bahagiamu
kau pertaruhkan nyawamu
demi buah hatimu
seluas samudera
setinggi langit diangkasa takkan mampu menebus deritamu
Ayah ....
ku tahu batinmu menangis
akan tingkah polah
keegoisan anakmu
kau hanya mengelus dada
kau tetap tersenyum bersahaja terima kasih  ayah...
tanpamu semua tiada arti

 Elya           : “AYAH……………………….”

Ingatlah Semua Masalah Pasti Ada Solusinya, Masalah Tak Boleh Ditindak Secara Sembarang. Tapi Tindaklah Dengan Hati Yang Sabar Dan Ikhlas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar