"AYAH AKU INGIN SEPATU"
Disebuah Desa
Tinggalah Keluarga Yang Sangat Miskin. Gubuk Yang Amat Tua Mereka Tempati.
Hartono Salah Satu Anggota Keluarga, Dia Adalah Seorang Ayah Yang Sangat Baik. Namun
Allah Berkehendak Lain Maut Menimpa Istri Tercintanya Dan Hartono Juga Cacat
Karena Memikirkan Sang Istri. Namun Anugrah Juga Tetap Allah Berikan Kepada Hartono,
Dia Ditemani Seorang Anak Gadis Yang Dilahirkan Sebelum Istrinya Mati. Anak Itu
Sangatlah Cantik, Dia Bernama Elya.
Prilaku Baik
Hartono Pantas Diteladani Oleh Masyarakat Setempat. Tetapi Elya Sangat
Disayangkan Prilakunya Amat Buruk. Hingga Disaat Pulang Sekolah Elya Bertemu
Dengan Teman-Temannya. Lokasinya Tak Jauh Dengan Rumah Elya, Dengan Hati
Gembira Elya Menghampiri Teman-Temannya Itu Yang Sedang Duduk Manja Di Kursi.
Elya : “Hai
Teman-Teman” (Wajahnya Sangat Gembira)
Putri : “Hai” (Jutek Dan
Sambil Melihat-Lihat Seluruh Anggota Badan Elya)
Elya : (Duduk Di Sebelah
Putri)
Putri : “Ih Tunggu Dulu,
Bau Apa Sih Ini?” (Sambil Mengendus-Endus Kebadan Elya)
Sarah : “Ada Apa Sih Put?”
(Kebingungan)
Putri : “Ih Coba Cium Deh,
Ini Bau Banget Tau, Lihat Deh Sepatunya? Ih Dan Kenapa Dia Deket-Deket Kita
Seharusnyakan Kita Tidak Berteman Dengannya! Mendingan Kita Pergi Dan Cari
Teman Baru Dari Pada Harus Dekat Dengan Dia?”
Sarah : “Yaudah!” (Melihat
Elya Dengan Sinis)
Dengan Hati
Yang Sangat Menyesal Elya ,Menangis Tak Henti-Hentinya, Temannya Meninggalkan
Dan Menjauhi Dia Karena Sebuah Alasan Sepatu Baud An Jelek. Tangisannya Sangat-Sangat
Pedih Lalu Tak Lama Kemudian Dengan Tak Sengaja Hartono Melihat Elya Yang
Sedang Menangis Dengan Sikap Prihatin Hartono Menghampiri Elya.
Hartono : “Kau Kenapa Anakku?”
(Sambil Mengusap Dan Megelus-Elus Rambut Elya)
Elya : “Diam Ayah!” (
Sambil Mendorong Hartono)
Hartono : “Anakku Tutuplah Air
Matamu’”
Elya : “Aku Bilang Diam!
Aku Kecewa Sama Ayah. Lihat Ayah Lihat (Sambil Menunjukan Kemana Arah Temannya
Pergi) Teman-Temanku Mengejekku, Mereka Meninggalkan Aku! Itu Semua Karena
Sepatu Ini (Sambil Membuang Sepatu Ke Tubuh Hartono). Sudah Berapa Kali Aku
Bilang, ‘Belikan Aku Sepatu Baru’ Tapi Kenapa Ayah Tak Wujudkan Kemauanku. Saran
Aku Ayah Jangan Pulang Kerumah Sebelum Sepatu Baru Ada.” (Berlari Hingga
Kerumah)
Tangisan Elya
Membawa Sengsara Hartono. Hartono Tidak Akan Pulang Sebelum Dia Mendapatkan
Sepatu Baru. Dengan Mengemis Hartono Bisa Dapatkan Uang, Hartono Tak Kenal
Lelah Pagi Sampai Pagi Kembali Hartono Mengemis Mencari Uang, Hanya Untuk
Sepatu Yang Diminta Anaknya Itu. Dengan Sabar Akhirnya Hartonopun Mendapatkan
Yang Hanya Cukup Dibelikan Sepatu. Dia Segera Kepasar Membeli Sepatu Tiba-Tiba
Diperjalanan Pulang Hartono Di Cegat Oleh Preman Yang Sangat Gagah Namun Tak
E-Lmen. Preman Itu Mengambil Uang Hartono Ketika Hartono Lengah.
Gogon : “Lumayan Juga Nih!”
(Sambil Mengembil Uang Hartono)
Hartono : “Tolong Kembalikan
Uangku” (Berusaha Untuk Mengambil Uang Yang Direbut Preman)
Gogon : “Enak Saja! Aku Anggap
Ini Setoran Loe Hari Ini, Besok-Besok Loe Setor Ke Gua. Jangan Macam-Macam, Gua
Bisa Melakukan Apa Saja Yang Aku Mau Termasuk Membunuhmu.” (Mendorong Hartono
Dan Pergi Begitu Saja)
Hartono Tak
Bisa Berbuat Apa-Apa, Hanya Bisa Diam Dan Pasrah, Sementara Itu Hartono Dari
Mengemis Sampai Sekarang Belum Sama Sekali Makan, Wajahnya Pucat Seperti Mayit
Tergeletak. Hartono Hanya Bisa Pasrah, Diapun Memikirkannya Dibawah Pohon Yang
Besar. Hartono Melamun Dan Memikirkan Kemauan Anaknya, Hatinya Pun Berbicara
“Andaikan Allah Memberi Jalan Yang Lain”. Tiba-Tiba Ada Laki-Laki Mapan Datang.
Ternyata Dia Sedang Mengamati Alam Sekitar.
Samuel : “Apa Yang Harus Aku
Amati. Kayaknya Disini Tak Berbeda Jauh Dengan Tempat Yang Aku Amati Tadi.”
(Sambil Duduk Dan Menaruh Peralatan-Peralatan Dikursi)
Tak Lama
Kemudian Samuel Pergi, Lalu Dengan Lemas Hartono Berjalan Dan Duduk Di Kursi, Tak
Sengaja Hartono Menduduki Dompet Samuel, Anehnya Hartono Tak Menyadarinya. Lalu
Hartono Berbaring Dikursi Tersebut Dan Dia Menendang Dompetnya, Lalu Hartono
Sadar Dan Dia Kaget Apa Yang Di Tendangnya Tadi. Lalu Dia Memeriksanya Ternyata
Itu Adalah Dompet. Kemudian Hartono Mengambilnya Dan Bermaksud Dengan Uang
Didalamnya Ia Bisa Belikan Sepatu Tapi Dengan Iman Yang Sangat Kuat Hartono
Mengembalikan Dompet Tersebut Dan Hartono Setia Dia Menunggu Sampai Samuel
Datang. Lalu Doanya Dikabulkan Oleh Allah, Tapi Nampaknya Samuel Kebingungan.
Hartono : “Anda Sedang Mnencari
Apa De?”
Samuel : “Aku Sedang Mencari
Dompet. Tadi Ketinggalan Disini.”
Hartono : “Tenang. Apakah Ini
Dompetmu? Aku Temukan Disini Tadi (Sambil Mengembalikan Dompetnya). Coba Cek
Dulu Takutnya Ada Yang Kurang.”
Samuel : “(Sambil Melihat-Lihat
Dompetnya) Tidak Kok Pak.”
Hartono : “Yasudah Sekarang
Dompetmu Sudah Kembali. Nampaknya Bapak Harus Pergi Mencari Uang Dulu. Nanti Bapak
Tidak Dapat Makan.”
Samuel : “Tunggu Pak! Ini Ada
Sedikit Uang, Anggap Saja Ini Tanda Terima Ksih.”
Hartono : “Terimakasih.” (Sambil
Berlutut Dan Menangis)
Samuel : “(Sambil Membangunkan
Hartono) Sudah Pak Jangan Seperti Itu Berterima Kasihlah Kepada Allah. Sepertinya
Waktu Kerja Akan Dimulai, Aku Pamt Dulu Ya Pak.”
Dengan Hati
Yang Sangat Gembira Hartono Pergi Membawa Uang Tersebut, Dia Langsung Pergi Ke Pasar
Dan Segera Ia Belikan Sepatu.
Jamil : “Sepetu….! Sepatu……!
Sepatu…..!” (Sahutnya Sangat Kencang)
Hartono : “Mas Kalau Sepatu Ini
Berapa Ya?” (Sambilm Menunjuk Sepatu Yang Dipilihnya)
Jamil : “Murah Kok Cumin Rp
65.000,- Saja.”
Hartono : “Ini Pak Uangnya.”
(Sambil Mengambil Sepatu Tersebut)
Dengan Senang
Hartono Membawa Sepatu Itu. Namun Tiba-Tiba Preman Datang Kembali Tapi Sekarang
Ia Membawa Golok Yang Tajam.
Gogon : “Hei Mana Setoranmu
Hari Ini!”
Hartono : (Hanya Diam Dan Sambil
Memeluk Erat Sepatu Yang Dibelikan Tadi)
Gogon : “Hei Kenapa Kau Diam? Owh
Gua Tau (Sambil Merampas Sepatu Yang Di Peluk Erat Hartono), Pasti Uang Itu Kau
Belikan Sepatukan? Jawab (Sambil Membuang Sepatunya).”
Hartono : (Hanya Terdiam Saja)
Gogon : “Owh Kau Mau Merasakan
Golokku Ini Ya.”
Lalu Dengan
Amarahnya Yang Kuat Gogon Menusuk Tubuh Hartono Hingga Hartono Sekarat. Tiba-Tiba
Datanglah Elya, Dia Langsung Sok Dan Lemas Melihat Ayahnya Tergelatak Ditanah. Hingga
Dikuburkannya Sang Ayah. Tangisan Air Mata Membasahi Seluruh Tubuh Elya. Hingga
Hati Terdalamnya Berbicara.
Baca Puisi
Hari ini……… mata tidak dapat
membendung tumpah linangan air
mata seiring waktu telah berganti
tanpa terasa telah berlalu
Ayah……….. kepergian mu
begitu terasa sepi hati
Aku sangat merindukan mu ayah….didalam
sepiku ku
merindukanmu malam ini aku
menangis mengenang masa2
bersamamu aku rindukan canda
tawamu ayah… aku rindukan
senyuman manis ayah… aku rindu semua nasehatmu ayah…. ayah…
kutahu dirimu telah jauh dialam sana
… waktu terus berlalu perjalanan hidup
pernah kau tempuh tak ada kata
jenuh, tak ada kata malas, tak ada
kata lelah, kau berjalan dengan
semangat perjuangan hidup yang
penuh liku keringat yang tak henti membasahi
Ayah , aku minta maaf kalau
selama ini aku telah mengecewakanmu.. Aku bersukur mempunyai
ayah yang sangat sangat baik
Ayah yg berkerja keras dari aku
lahir
sampai aku dewasa. terima kasih Ayah…..
sepi saat kau jauh
kau begitu hebat tak ada yang bisa sepertimu ataupun menggantikan posisimu Ayah….
ketika malam mulai menyambut pagi..
angin menyapa lewat dedaunan ..mendayu..bak melodi
yang merdu menyapa alam .. diri
bagai tertahan di balik awan .. di bali
asa ku yang melemah … disetiap kerut garis wajahmu
tersimpan berjuta deritamu
kau tetap ukir senyum
sembunyikan segalanya ayah....
kau abaikan bahagiamu
kau pertaruhkan nyawamu
demi buah hatimu
seluas samudera
setinggi langit diangkasa takkan mampu menebus deritamu
Ayah ....
ku tahu batinmu menangis
akan tingkah polah
keegoisan anakmu
kau hanya mengelus dada
kau tetap tersenyum bersahaja terima kasih ayah...
tanpamu semua tiada arti
Elya : “AYAH……………………….”
Ingatlah Semua
Masalah Pasti Ada Solusinya, Masalah Tak Boleh Ditindak Secara Sembarang. Tapi Tindaklah
Dengan Hati Yang Sabar Dan Ikhlas.